Senin, 19 November 2018

Masalah Sosial

Masalah social adalah masalah yang sudah sangat menjamur di Indonesia . mulai dari anak kecil remaja bahkan dewasa.
Masalah ini seakan-akan muncul karena garis turun temurun ,entah itu mulai dari lingkungan tempat tinggal ,lingkungan sekolah ,lingkungan kerja adapun masalah ini ada karena salah pergaulan.
Contoh yang sangat mudah kita jumpai adalah tawran antar pelajar yang sampai saat ini terus menjadi tren di kalangan anak sekolah.Ada juga permasalahan anak di bawah umur yakni mulai mengenal hal-hal yang belum pas untuk umurnya diantaranya adalah merokok berkata kasar .Hal ini terjadi karena mereka mencontoh dari lingkungan sekitar ataupun dari teman sepergaulanya.Pertanyaan yang sering terjadi di sekitar masyarakat adalah mengapa mereka melakukanya dan mengapa pihak sekolah tersebut tidak melakukan sangsi terhadap pelajar tersebut .
Dikutip dari edunews.id "

Tawuran pelajar kembali menjadi sorotan banyak pihak di Kabupaten Cianjur belakangan ini. Menginjak tahun 2017 terjadi sejumlah kasus terkait tawuran pelajar, mulai viralnya video tawuran hingga penusukan pelajar berujung perselisihan antar sekolah.
Pemerhati Pendidikan Anak dan Keluarga Erlin Marlina menuturkan, kesepakatan ataupun sanksi terhadap pelaku tawuran diakui tidak serta merta mengurangi angka tawuran. Akan tetapi, ia menilai, seluruh tindakan yang diambil dapat mengikis sedikit demi sedikit stigma tawuran turun menurun.
“Sanksi yang diberlakukan harus dipastikan menimbulkan efek jera. Tentunya disertai dengan bimbingan agar anak merasa jera. Jangan sampai siswa justru merasa senang karena tidak harus sekolah setelah dikeluarkan,” kata Erlin, Senin (6/3/2017).
Sekolah harus menjadi pilar utama yang memantau, memberi bimbingan, sekaligus menindak pelaku tawuran tanpa ampun. Hanya saja, perlu diingat agar pihak penindak tidak menggunakan kekerasan dalam penanganan. Pasalnya, pelaku tawuran sudah terbiasa dengan kekerasan, sehingga dikhawatirkan tindakan yang diterapkan tidak berpengaruh kepada siswa.
“Asalkan semua pihak konsisten memantau penegakkan aturan yang disepakati, secara perlahan seluruh pihak dapat meredusir aksi tawuran,” ucapnya.


Tindakan yang kontinu pun perlu dilakukan secara kolektif. Menurut Erlin, tawuran akan selalu terjadi terutama di daerah yang rawan konflik atau memiliki riwayat tawuran secara turun temurun. Warisan dendam yang terus menerus ditularkan dari generasi ke generasi, dapat membentuk mental siswa untuk terus memperpanjang sejarah tawuran.
Oleh karena itu, peran multipihak harus dioptimalkan, salah satunya dengan memaksimalkan peran organisasi kepemudaan. Hal itu dinilai dapat memberi wadah bagi para siswa menyalurkan kelebihan energi mereka untuk hal positif.
“Dan lagi, jangan biarkan anak mencari identitas atau jati diri mereka di luar rumah dengan cara yang salah. Bangun ikatan emosional dalam keluarga dan arahkan anak pada setiap hal yang bermanfaat,” katanya."


Menurut pandangan saya  anak TI hal tersebut dapat dirubah dengan cara pemanfaatan teknologi .Contohnya dapat berupa ekstrakulikuler pembuatan website ,hardware computer ,pengenalan software computer yang sangat menarik untuk dipelajari karena hal tersebut adalah wawasan baru untuk mereka.hal tersebut juga dapat menjadi peluang bisnis atau modal keterampilan ketika mereka lulus ,bekerja ,masuk perguruan tinggi ataupun ingin menjadi seorang pebisnis.Tentu saja hal tersebut tidak mudah dan membutuhkan modal ,tenanga , waktu dan mental yang sangat tidak mudah untuk dirubah dari kebiasaan para pelajar tersebut.

Daftar Pustaka:
https://www.bing.com/images/search?view=detailV2&ccid=GuJr3vO3&id=7A09AC9B8F88B5EC4AAE9838ED07816A07C438C3&thid=OIP.GuJr3vO3F6HvNSFDKVp8twHaD3&mediaurl=http%3a%2f%2fstudirusia.com%2fwp-content%2fuploads%2f2014%2f12%2fTeknik-Informatika-FB-Ads-Banner-1024x535.jpg&exph=535&expw=1024&q=teknik+informatika&simid=608046249432449739&selectedIndex=21&ajaxhist=0 
https://www.edunews.id/edunews/regulasi/pemerhati-pendidikan-sanksi-pelaku-tawuran-tak-mengurangi-angka-tawuran/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar